Kawah Tengkurep merupakan salah satu tempat bersejarah di
Kota Palembang berupa komplek pemakaman raja, keluarga dan bangsawan dari
Kesultanan Palembang Darussalam.
Namun, seiring berjalannya waktu kawasan bersejarah tersebut jarang dikunjungi wisatawan termasuk warga Kota Palembang. Padahal,Kawah Tengkurep sendiri merupakan aset dan kawasan cagar budaya Kota Palembang yang sarat sejarah. Disamping itu, kepedulian pemerintah daerah seolah setengah hati untuk menjadikan kawasan tersebut menjadi kawasan wisata reliji sekaligus sejarah.
Hal itu bisa dilihat beberapa waktu lalu saat kondisi bangunan di komplek Kawah Tengkurep mengalami kerusakan yang dapat mengancam eksistensi makam yang ada di dalamnya. Seperti diungkapkan juru kunci Kawah Tengkurep, M. Insan, Komplek Kawah Tengkurep memiliki tujuh bangunan utama.
“Perhatian pemerintah sudah cukup baik, namun kita berharap ada sejumlah perbaikan terutama untuk lampu penerangan, perbaikan jalan dalam areal pemakaman yang sebagian agak mulai retak hingga kerapian taman disekitar makam,”tutur pria yang sudah enam tahun menjadi juru kunci. Diceritakannya, dalam proses penjagaan dan perawatan makam sebenarnya tidak sulit karena dia dibantu tiga orang.
“Saya bekerja ikhlas dan saya tidak pernah meminta atau mengakal-akali pengunjung atau turis yang datang. Bahkan kami sangat senang jika banyak turis yang berkunjung,”katanya. Insan mengaku kepedulian masyarakat sekitar juga cukup baik.Setiap ada kegiatan di makam banyak yang membantunya. Dirinya juga tidak kesulitan menghadapi turis-turis asing yang mengunjungi makam meski tidak cakap berbahasa Inggris. “Rata-rata turis asing dari China, Malaysia, Singapura, Brunei, Belanda, bahkan Maroko.
Mereka datang mengajak penerjemah masing-masing. Kadang-kadang juga saya menjelaskan menggunakan bahasa Inggris dan Bahasa Arab,”tuturnya. Mengenai kemampuan dirinya mengetahui silsilah keturunan raja, dirinya tidak menghapal melainkan mendengarkan kisah secara turun temurun.“ Saya tahu secara lisan dari turun temurun.
Saya pun seolah mendapat ilham dari Alloh untuk menjaga makam ini yang merupakan kebanggan tersendiri. Seolah saya sudah dipercaya oleh baginda Sultan,”ungkap ayah tiga anak ini. Pemakaman, kata dia, dibangun tahun 1728 atas perintah Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikramo.Kemudian dilanjutkan pembangunan Gubah Tengah di areal pemakaman oleh Sultan Ahmad Najamuddin I Adi Kesumo.
Keunikan arsitektur bangunan makam menjadi keindahan yang berhasil menggabungkan gaya arsitektur Melayu, India, dan China. Untuk bisa memasuki kompleks pemakaman, kita harus melewati gerbang utama yang letaknya di sisi selatan atau bagian yang berhadapan langsung dengan Sungai Musi.Setelah melewati gapura, maka di depan bangunan makam kita bisa melihat silsilah keluarga Kesultanan Palembang Darussalam yang terukir di batu marmer.
Silsilah Makan Kesultanan Palembang Darussalam di Lingkungan Kawah Tekurep berada di dalam kompleks pemakaman yang terdapat empat cungkup. Tiga cungkup diperuntukkan bagi makam para sultan dan satu cungkup untuk putra-putri sultan, para pejabat dan hulubalang. Cungkup pertama terdapat makam Sultan Mahmud Badaruddin I (yang wafat di tahun 1756), Ratu Sepuh, istri pertama yang berasal dari Jawa Tengah.
Kemudian ada makam Ratu Gading, istri kedua yang berasal dari Kelantan (Malaysia), ada juga makam Mas Ayu Ratu (Liem Ban Nio), istri ketiga yang berasal dari China- Melayu. Selain itu ada juga makam Nyimas Naimah, istri keempat yang berasal dari I Ilir (kini Guguk Jero Pager Kota Palembang Lamo),dan makam Imam Sayyid Idrus Al-Idrus dari Yaman yang tak lain guru dari Sultan.
Sisi lain di luar bangunan utama cungkup kedua, kita dapat melihat makam Pangeran Ratu Kamuk (wafat tahun 1755), di sebelahnya terdapat makam Ratu Mudo (istri dari Pangeran Kamuk),dan makam Sayyid Yusuf Al-Angkawi (imam sultan). Sementara itu, makam Sultan Ahmad Najamuddin (wafat tahun 1776),makam Masayu Dalem (istri Najamuddin), dan makam Sayyid Abdur Rahman Maulana Tugaah (Imam Sultan dari Yaman), berada di cungkup ketiga.
Adapun cungkup keempat terdapat makam Sultan Muhammadi Bahauddin (wafat tahun 1803), makam Ratu Agung (istri Bahauddin), makam Datuk Murni Hadad (imam sultan dari Arab Saudi), dan beberapa makam lain yang tidak terbaca namanya. Selain keempat cungkup tersebut, masih ada beberapa makam seperti makam Susuhunan Husin Diauddin,yang wafat dalam pembuangan Belanda di Jakarta,4 Juli 1826.
Semula,Husin Diauddin dimakamkan di Krukut tetapi kemudian dipindahkan ke Palembang. Wisatawan atau peziarah dapat melihat langsung kejayaan Kesultanan Palembang Darussalam dari peninggalan makam-makam para tokoh penting di kesultanan.
Namun, seiring berjalannya waktu kawasan bersejarah tersebut jarang dikunjungi wisatawan termasuk warga Kota Palembang. Padahal,Kawah Tengkurep sendiri merupakan aset dan kawasan cagar budaya Kota Palembang yang sarat sejarah. Disamping itu, kepedulian pemerintah daerah seolah setengah hati untuk menjadikan kawasan tersebut menjadi kawasan wisata reliji sekaligus sejarah.
Hal itu bisa dilihat beberapa waktu lalu saat kondisi bangunan di komplek Kawah Tengkurep mengalami kerusakan yang dapat mengancam eksistensi makam yang ada di dalamnya. Seperti diungkapkan juru kunci Kawah Tengkurep, M. Insan, Komplek Kawah Tengkurep memiliki tujuh bangunan utama.
“Perhatian pemerintah sudah cukup baik, namun kita berharap ada sejumlah perbaikan terutama untuk lampu penerangan, perbaikan jalan dalam areal pemakaman yang sebagian agak mulai retak hingga kerapian taman disekitar makam,”tutur pria yang sudah enam tahun menjadi juru kunci. Diceritakannya, dalam proses penjagaan dan perawatan makam sebenarnya tidak sulit karena dia dibantu tiga orang.
“Saya bekerja ikhlas dan saya tidak pernah meminta atau mengakal-akali pengunjung atau turis yang datang. Bahkan kami sangat senang jika banyak turis yang berkunjung,”katanya. Insan mengaku kepedulian masyarakat sekitar juga cukup baik.Setiap ada kegiatan di makam banyak yang membantunya. Dirinya juga tidak kesulitan menghadapi turis-turis asing yang mengunjungi makam meski tidak cakap berbahasa Inggris. “Rata-rata turis asing dari China, Malaysia, Singapura, Brunei, Belanda, bahkan Maroko.
Mereka datang mengajak penerjemah masing-masing. Kadang-kadang juga saya menjelaskan menggunakan bahasa Inggris dan Bahasa Arab,”tuturnya. Mengenai kemampuan dirinya mengetahui silsilah keturunan raja, dirinya tidak menghapal melainkan mendengarkan kisah secara turun temurun.“ Saya tahu secara lisan dari turun temurun.
Saya pun seolah mendapat ilham dari Alloh untuk menjaga makam ini yang merupakan kebanggan tersendiri. Seolah saya sudah dipercaya oleh baginda Sultan,”ungkap ayah tiga anak ini. Pemakaman, kata dia, dibangun tahun 1728 atas perintah Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikramo.Kemudian dilanjutkan pembangunan Gubah Tengah di areal pemakaman oleh Sultan Ahmad Najamuddin I Adi Kesumo.
Keunikan arsitektur bangunan makam menjadi keindahan yang berhasil menggabungkan gaya arsitektur Melayu, India, dan China. Untuk bisa memasuki kompleks pemakaman, kita harus melewati gerbang utama yang letaknya di sisi selatan atau bagian yang berhadapan langsung dengan Sungai Musi.Setelah melewati gapura, maka di depan bangunan makam kita bisa melihat silsilah keluarga Kesultanan Palembang Darussalam yang terukir di batu marmer.
Silsilah Makan Kesultanan Palembang Darussalam di Lingkungan Kawah Tekurep berada di dalam kompleks pemakaman yang terdapat empat cungkup. Tiga cungkup diperuntukkan bagi makam para sultan dan satu cungkup untuk putra-putri sultan, para pejabat dan hulubalang. Cungkup pertama terdapat makam Sultan Mahmud Badaruddin I (yang wafat di tahun 1756), Ratu Sepuh, istri pertama yang berasal dari Jawa Tengah.
Kemudian ada makam Ratu Gading, istri kedua yang berasal dari Kelantan (Malaysia), ada juga makam Mas Ayu Ratu (Liem Ban Nio), istri ketiga yang berasal dari China- Melayu. Selain itu ada juga makam Nyimas Naimah, istri keempat yang berasal dari I Ilir (kini Guguk Jero Pager Kota Palembang Lamo),dan makam Imam Sayyid Idrus Al-Idrus dari Yaman yang tak lain guru dari Sultan.
Sisi lain di luar bangunan utama cungkup kedua, kita dapat melihat makam Pangeran Ratu Kamuk (wafat tahun 1755), di sebelahnya terdapat makam Ratu Mudo (istri dari Pangeran Kamuk),dan makam Sayyid Yusuf Al-Angkawi (imam sultan). Sementara itu, makam Sultan Ahmad Najamuddin (wafat tahun 1776),makam Masayu Dalem (istri Najamuddin), dan makam Sayyid Abdur Rahman Maulana Tugaah (Imam Sultan dari Yaman), berada di cungkup ketiga.
Adapun cungkup keempat terdapat makam Sultan Muhammadi Bahauddin (wafat tahun 1803), makam Ratu Agung (istri Bahauddin), makam Datuk Murni Hadad (imam sultan dari Arab Saudi), dan beberapa makam lain yang tidak terbaca namanya. Selain keempat cungkup tersebut, masih ada beberapa makam seperti makam Susuhunan Husin Diauddin,yang wafat dalam pembuangan Belanda di Jakarta,4 Juli 1826.
Semula,Husin Diauddin dimakamkan di Krukut tetapi kemudian dipindahkan ke Palembang. Wisatawan atau peziarah dapat melihat langsung kejayaan Kesultanan Palembang Darussalam dari peninggalan makam-makam para tokoh penting di kesultanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar